Pelindo II dan perusahaan Jepang
yang terpilih akan patungan untuk menyetor Rp 4 triliun atau 10 persen
dari total investasi Pelabuhan Patimban.
Pemerintah akan menunjuk PT Pelindo II (Persero) menjadi operator
Pelabuhan Internasional Patimban di Subang, Jawa Barat. Selanjutnya,
Pelindo II akan menggandeng perusahaan asal Jepang untuk mengoperasikan
pelabuhan yang dibangun dengan utang dari negeri sakura tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan
mengatakan, terdapat dua kemungkinan perusahaan swaasta Jepang yang akan
menjadi pengelola Pelabuhan Patimban bersama dengan Pelindo II. "Nanti
ada apakah Astra atau Mitsubishi," ujar Luhut, Senin (9/1).
Direktur Utama Pelindo II Elvyn G Massasya mengatakan, nantinya
Pelindo II bersama salah satu badan usaha Jepang tersebut akan
menyetorkan 10 persen dari total investasi yang dikeluarkan, yakni
sebesar Rp 4 triliun.
Elvyn menyatakan, Pelindo akan memiliki 51 persen saham pengelolaan
sebagai perwakilan dari pemerintah. “Sementara pihak Jepang hanya 49
persen, sesuai dengan peraturan yang berlaku,” ujarnya, Senin (9//1).
Megaproyek pelabuhan internasional ditaksir menelan investasi Rp 43
triliun. Sebanyak 79 persen dana berasal dari utang luar negeri Jepang.
Selanjutnya, 11 persen berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara, serta 10 persen dari badan usaha pengelola pelabuhan.
Pelindo II sebelumnya sudah berkongsi dengan perusahaan-perusahaan
asal Jepang dalam mengelola pelabuhan, antara lain PT New Priok
Container Terminal One (NPCT1) di Tanjung Priok, Jakarta. Pelindo II
juga berpartner dengan Mitsui Co.Ltd. dan Nippon Yusen Kabushiki Kaisa (
NYK Line) di NPCT1, selain dengan PSA International, Singapura.
Yang pasti, Elvyn menyatakan, Pelindo II adalah akan memastikan
Pelabuhan Patimban tidak menjadi kompetitor pelabuhan lainnya, terutama
Pelabuhan Tanjung Priok. "Jadi komplemen, (Patimban) melengkapi Tanjung
Priok," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan,
jajarannya masih berfokus menyelesaikan Detailed Engineering Design
(DED). Penyelesaian desain tersebut akan berjalan simultan dengan
perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal) oleh pemerintah daerah. Budi manargetkan, seluruh
kebutuhan tersebut akan selesai pada kuartal III tahun 2017.
Yang jelas, pemerintah ingin agar tahap pertama pengoperasian
Pelabuhan Patimban ini dapat berjalan di awal tahun 2019. "Mestinya
semester pertama 2019 (selesai). karena kita tau ini konstruksinya tidak
begitu complicated. Cuma dermaga dan bangunan-bangunan saja. Jalan juga
cepat (selesai terbangun)," ujar Budi.
Sebelumnya, Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro
menyatakan, total pinjaman dari Japan International Cooperation Agency
(JICA) untuk proyek ini mencapai US$ 3,3-3,5 miliar atau sekitar Rp 47
triliun yang dibagi menjadi tiga tahap. Untuk tahap pertama, dana yang
akan dikucurkan sekitar US$ 1,7 miliar. Sedangkan, total tenor pinjaman
berlangsung selama 40 tahun, dengan bunga sebesar 0,1 persen dan 10
tahun grace period.
Pelabuhan Petimban akan dibangun dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah konstruksi yang akan dimulai pada Januari 2018. Kedua, soft opening yang dijadwalkan tahun 2019. Ketiga, pelabuhan ditargetkan rampung keseluruhan tahun 2027.
Pelabuhan ini dirancang untuk menampung bongkar muat kontainer sebanyak 7,5 juta berukuran dua puluh kaki atau twenty-foot equivalent units (TEUs) per tahun.
Selain itu, Pelabuhan Patimban ditargetkan melayani 600 ribu kendaraan utuh atau completely built up (CBU) per tahun, serta dilengkapi terminal kapal roro, terminal kapal curah cair dan dermaga kapal negara.
Pelabuhan Patimban ini merupakan pengganti Pelabuhan Cilamaya.
Pelabuhan ini akan dibangun di Desa Patimban, Kecamatan Pusakanegara,
Kabupaten Subang, Jawa Barat.