Senin, 22 Januari 2018

Lini 2 & Value Added Services Department

Lini 2 & Value Added Services Department

Dalam rangka menunjang kegiatan Bongkar dan Muat di terminal-terminal operasi Lini 1, PT Pelabuhan Tanjung Priok juga menyediakan area gudang dan lapangan di Lini 2. Fasilitas tersebut dapat melayanai kegiatan petikemas Domestik dan kegiatan-kegiatan ocean going antara lain breakbulk, Petikemas (TPS) maupun CFS.

Kapasitas TPS yang tersedia pada Lini 2 adalah 36.492 meter persegi dan dapat menampung petikemas 2.087 Teus, sedangkan untuk break bulk dan CFS, masing-masing dapat menampung 2.207 cbm dan 9.120 cbm. Sedangkan daya tampung untuk petikemas-petikemas domestik adalah 3.121 Teus.

Fasilitas yang ada pada lini 2 sudah didukung oleh system informasi modern seperti LineOs untuk kegiatan-kegiatan petikemas, sedangkan untuk kegiatan-kegiatan CFS didukung oleh CDS dan WMS.



Selasa, 24 Januari 2017

Pelindo II Buka Peluang Kerja Sama Pelabuhan dengan Bangladesh


Jakarta - Menteri Pelayaran Bangladesh, Shajahan Khan mengunjungi Pelabuhan Tanjung Priok yang menjadi wilayah pengelolaan PT Pelindo II (Persero).

Kunjungan delegasi Ministry of Shipping and Chittagong Port Authority beserta rombongan ini didampingi oleh Rear Admiral Mohammad Khaled Iqbal selaku Chairman dari Chittagong Port Authority dan H. E. Maj. Gen. Azmal Kabir, OSP sebagai Duta Besar Bangladesh, serta perwakilan Kementerian Perhubungan Indonesia.

Kunjungan delegasi Ministry of Shipping and Chittagong Port Authority ke Indonesia ini disambut langsung oleh Direksi Pelindo II.

Kunjungan ini dalam rangka studi banding sistem kerja dan pelayanan operasional kepelabuhanan yang dimiliki oleh Pelindo II, di mana terminal Pelabuhan Tanjung Priok yang dimiliki Pelindo II saat ini dinilai sebagai salah satu yang terbaik di Asia Tenggara dan memiliki peran vital dalam sektor kemaritiman di Indonesia.

Direktur Operasi Pelindo II, Prasetyadi mengatakan, dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat memberikan peluang kerja sama bilateral, baik berupa pengembangan pelabuhan maupun investasi antara Indonesia dengan Pemerintahan Bangladesh.

"Diskusi dengan pelaku pelayanan publik dari negara lain berarti besar bagi IPC dalam memperluas peluang kerja sama maupun pengayaan pengembangan pelabuhan serta peningkatan pelayanan terhadap masyarakat di Indonesia," kata dia dalam keterangan resminya seperti dikutip detikFinance di Jakarta, Minggu (8/1/2017).

Kegiatan dibuka oleh Direktur Operasi IPC, Prasetyadi dan didampingi oleh Direktur Utama New Priok Container Terminal 1 (NPCT 1), Supardjo yang memberikan pemaparan mengenai perkembangan serta proyek pembangunan pelabuhan yang sedang dilakukan Pelindo II dan perkembangan proyek Terminal Kalibaru.

Setelah pemaparan, Delegasi Ministry of Shipping and Chittagong Port Authority melanjutkan kegiatan dengan meninjau Terminal Petikemas Kalibaru yang dikelola oleh New Priok Container Terminal One (NPCT1).

"Kunjungan ini merupakan bukti bahwa sistem kerja dan pelayanan operasional kepelabuhanan yang dimiliki oleh Pelindo II telah diakui sebagai salah satu yang terbaik di Asia Tenggara dan memiliki peran vital dalam sektor kemaritiman di Indonesia," papar Prasetyadi.

Untuk diketahui, usai meresmikan pembangunan tahap pertama New Priok tahap I pada 2016 lalu, Pelindo II juga akan mengembangkan New Priok Container Terminal (NPCT) I dan II di tahun 2017 ini.

Dalam tahap pertama pengembangan dan pembangunan pelabuhan, Pelindo II telah menggelontorkan dana setidaknya Rp 12 triliun.

LOGISTIK: Pelindo II Yakin Tak Langgar Sislognas Soal Superhub


Bisnis.com, JAKARTA – Badan usaha milik negara bidang pelabuhan, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), meyakni tidak ada pelanggaran terhadap Sistem Logistik Nasional atau Sislognas dengan rencana Superhub di Pelabuhan Tanjung Priok.

Elvyn G Massasya, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Pelindo II ini mengatakan rencana Superhub tidak menyalahi Sislognas. Menurutnya, di Indonesia direncanakan ada tujuh hub. Salah satu dari tujuh hub adalah Pelabuhan Tanjung Priok.

“Dalam rangka menjadikan Tanjung Priok itu sebagai transshipment port, sehingga pelabuhan-pelabuhan lain di luar Superhub sebelum ekspor bisa membawa barangnya ke Jakarta, ke Priok, baru ke negara tujuan,” terang Elvyn di Gedung BPPT, Senin (9/1/2017).

Elvyn menyebut langkah pembangunan Superhub ini akan lebih menghemat biaya ketimbang melakukan pengiriman langsung. Hal ini karena Pelabuhan Tanjung Priok memiliki kapasitas yang besar dan cukup untuk mendatangkan kapal besar.

Sebagai informasi, konsep Superhub ini mengundang kapal besar atau mother vessel untuk melakukan ekspor-impor melalui Tanjung Priok. Adapun ukuran mother vessel yang disasar untuk masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok yakni 8.000 TEUs-10.000 TEUs.

Sementara itu, dokumen clearance ekspor impor masih diterbitkan di daerah asal. Nota Pelayanan Ekspor (NPE) dan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) masih diterbitkan di pelabuhan asal tidak dibawa ke Priok.

Dengan demikian, pajak ekspor dan impor masih tercatat di daerah masing-masing. Terkait pelabuhan mana saja yang akan melakukan ekspor-impor ke Tanjung Priok kebijakan ini akan ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan.

Saat ini Pelindo II masih bernegosiasi intensif dengan tiga pelayaran internasional yang membawa kapalnya ke Pelabuhan Tanjung Priok. Namun, sampai saat ini Pelindo II belum membeberkan nama tiga pelayaran internasional tersebut.

Berkaitan dengan tarif angkutnya, Pelindo II juga sedang mengkaji tarif angkutan armada pelayaran nasional yang akan menjadi feeder bagi mother vessel tersebut.

Kendati ada double handling di Pelabuhan Tanjung Priok untuk ekspor dan impor tarif diprediksi akan lebih murah karena adanya mother vessel yang masuk langsung ke Indonesia tanpa transit di Singapura.

Sebagai tahap awal, perseroan hanya akan membuka satu rute dengan kapal besar. Adapun rute yang disasar adalah Asia Timur mengingat kegiatan ekspor dan impor Indonesia dominan dari dan ke wilayah tersebut.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita mengatakan rencana Superhub berpeluang menaikkan biaya logistik. Alasannya, wacana tersebut cenderung dibuat tanpa pertimbangan yang matang sehingga berpeluang hanya trial and error.

“Konsep Superhub ini sarat kepentingan untuk menjustifikasi pengembangan New Priok yang masih sepi,” terangnya.

Dia mengingatkan agar perusahaan pelat merah bidang transportasi dan logistik jangan hanya membangun fasilitas transportasi tetapi tidak memilikirkan sistem logistik dan distribusinya.

Dubai port expected to invest in Tanjung Api-Api KEK


The South Sumatra provincial administration said it hopes Dubai Port Authority Corporation would not cancel its plan to invest in the Tanjung Api-Api (TAA) Special Economic Area (KEK) and in the port of Tanjung Carat, Banyuasin, South Sumatra.
South Sumatra Governor Alex Noerdin was worried with the latest statement of the operator of the Port of Dubai that it would invest in the KEK only after it is fully completed.
“Dubai Port does not want to start from zero . It wants KEK running before it enters. Whereas we want it to be the pioneer to motive other foreign investors to invest in the KEK,” Alex said here on Friday.
He said the provincial administration has also asked the central government to help persuade Dubai Port to go ahead with its investment plan in TAA .
“Actually everything has been done to persuade Dubai Port. Even the president has brought the proposal to Dubai port during his visit to Saudi Arabia. We also has tried to convince Dubai port when its representative visited South Sumatra in March, 2016. But it is not as easy as expected,” he said.
Alex said for South Sumatra the TAA KEK is a dream that has not come true over the past years.
IF TAA KEK is fully implemented the port of Tanjung Carat of South Sumatra would break to the ranks of first class port cities in Asia including Singapore.
“TAA KEK would occupy 4,045 hectares including Tanjung Carat reclamation land of 2,015 hectares . Now it is in the process of land clearing,” he said.
The plan is the KEK would have coal gasification plant, power plant, coal liquefaction plant, fertilizer factory, cement factory , tire factory , crude palm oil processing plant, oil refinery and downstream petrochemical factory.
TAA is strategically located in the middle of the trade route leading to Europe and other Asian countries. It would be a threat to Singapore when it starts operation.
State-owned port operator Pelindo II has said it wants to develop the port of Tanjung Carat as part of the Tanjung Api Api KEK development program.
Pelindo II Chief Executive Elvin G. Massayssa said he would coordinated with South Sumatra governor to accelerate development of the port.
“If necessary we would propose the issuance of a presidential decree that the process of development could implemented soon,” Elvin has said.
He said Pelindo II already carried out feasibility study on the capacity of the port . The capacity is to be around 1.5 million Twenty-Foot Equivalent Unit (TEU) iin the first phase.
Tanjung Carat Terminal development in South Sumatra initiated by PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II is predicted to cost USD 3.3 billion investment.
Corporate secretary of Pelindo II Hambar Wiyadi the first phase of expansion of the port would cost US$1.2 billion and the second phase US$2.2 billion.
The first-phase of expansion will include development multipurpose terminal, container terminal, as well as dry and liquid bulk terminals.
President Joko Widodo said the port would be included in the program of sea highway (sea toll) program.

Astra dan Mitsubishi, Calon Mitra Pelindo II Garap Proyek Patimban


Pelindo II dan perusahaan Jepang yang terpilih akan patungan untuk menyetor Rp 4 triliun atau 10 persen dari total investasi Pelabuhan Patimban.
Pemerintah akan menunjuk PT Pelindo II (Persero) menjadi operator Pelabuhan Internasional Patimban di Subang, Jawa Barat. Selanjutnya, Pelindo II akan menggandeng perusahaan asal Jepang untuk mengoperasikan pelabuhan yang dibangun dengan utang dari negeri sakura tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, terdapat dua kemungkinan perusahaan swaasta Jepang yang akan menjadi pengelola Pelabuhan Patimban bersama dengan Pelindo II. "Nanti ada apakah Astra atau Mitsubishi," ujar Luhut, Senin (9/1).
Direktur Utama Pelindo II Elvyn G Massasya mengatakan, nantinya Pelindo II bersama salah satu badan usaha Jepang tersebut akan menyetorkan 10 persen dari total investasi yang dikeluarkan, yakni sebesar Rp 4 triliun.
Elvyn menyatakan, Pelindo akan memiliki 51 persen saham pengelolaan sebagai perwakilan dari pemerintah. “Sementara pihak Jepang hanya 49 persen, sesuai dengan peraturan yang berlaku,” ujarnya, Senin (9//1).
Megaproyek pelabuhan internasional ditaksir menelan investasi Rp 43 triliun. Sebanyak 79 persen dana berasal dari utang luar negeri Jepang. Selanjutnya, 11 persen berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, serta 10 persen dari badan usaha pengelola pelabuhan.
Pelindo II sebelumnya sudah berkongsi dengan perusahaan-perusahaan asal Jepang dalam mengelola pelabuhan, antara lain PT New Priok Container Terminal One (NPCT1) di Tanjung Priok, Jakarta. Pelindo II juga berpartner dengan Mitsui Co.Ltd. dan Nippon Yusen Kabushiki Kaisa ( NYK Line) di NPCT1, selain dengan PSA International, Singapura.
Yang pasti, Elvyn menyatakan, Pelindo II adalah akan memastikan Pelabuhan Patimban tidak menjadi kompetitor pelabuhan lainnya, terutama Pelabuhan Tanjung Priok. "Jadi komplemen, (Patimban) melengkapi Tanjung Priok," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, jajarannya masih berfokus menyelesaikan Detailed Engineering Design (DED). Penyelesaian desain tersebut akan berjalan simultan dengan perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) oleh pemerintah daerah. Budi manargetkan, seluruh kebutuhan tersebut akan selesai pada kuartal III tahun 2017.
Yang jelas, pemerintah ingin agar tahap pertama pengoperasian Pelabuhan Patimban ini dapat berjalan di awal tahun 2019. "Mestinya semester pertama 2019 (selesai). karena kita tau ini konstruksinya tidak begitu complicated. Cuma dermaga dan bangunan-bangunan saja. Jalan juga cepat (selesai terbangun)," ujar Budi.
Sebelumnya, Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyatakan, total pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk proyek ini mencapai US$ 3,3-3,5 miliar atau sekitar Rp 47 triliun yang dibagi menjadi tiga tahap. Untuk tahap pertama, dana yang akan dikucurkan sekitar US$ 1,7 miliar. Sedangkan, total tenor pinjaman berlangsung selama 40 tahun, dengan bunga sebesar 0,1 persen dan 10 tahun grace period.
Pelabuhan Petimban akan dibangun dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah konstruksi yang akan dimulai pada Januari 2018. Kedua, soft opening yang dijadwalkan tahun 2019. Ketiga, pelabuhan ditargetkan rampung keseluruhan tahun 2027.
Pelabuhan ini dirancang untuk menampung bongkar muat kontainer sebanyak 7,5 juta berukuran dua puluh kaki atau twenty-foot equivalent units (TEUs) per tahun.
Selain itu, Pelabuhan Patimban ditargetkan melayani 600 ribu kendaraan utuh atau completely built up (CBU) per tahun, serta dilengkapi terminal kapal roro, terminal kapal curah cair dan dermaga kapal negara.
Pelabuhan Patimban ini merupakan pengganti Pelabuhan Cilamaya. Pelabuhan ini akan dibangun di Desa Patimban, Kecamatan Pusakanegara, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Postingan Lama