Senin, 25 Mei 2015

10 Desa Terunik dan Teraneh di Indonesia


Selain desa-desa dengan nama unik di artikel sebelumnya, Indonesia juga penuh dengan desa-desa yang sangat unik bahkan aneh dari kebiasaan penduduknya atau dari desa tersebut itu sendiri. Berikut sepuluh desa paling unik di Indonesia seperti yang dikutip dari mediaranahjaya.blogspot.com

1. Desa Tanpa Kasur

Dusun kasuran adalah salah satu dusun yang yang ada di desa margodadi kecamatan sayegan, sleman. Sepintas emang gak beda sama dusun yang laen gan, tapi satu hal yang membedakan adalah mayoritas penduduknya gak tidur diatas kasur.
Tradisi ini udah berlangsung turun-temurun sejak jaman nenek moyang, dan gak cuma ditaati oleh orang-orang yang udah sepuh, tapi juga orang-orang muda dan anak-anak. Meyoritas warga tidur hanya beralaskan tikar atau dipan yang gak ada kasurnya.
Kebiasaan ini tentunya bukan tanpa alasan, mitosnya aturan agar warga gak tidur diatas kasur merupakan perintah dari Sunan Kalijaga. Dusun ini dulunya emang pernah disinggahi Sunan Kalijaga ketika melakukan perjalanan untuk menyebarkan agama Islam. Sunan Kalijaga berjalan dari Godean menuju arah utara, antara lain melewati Dusun Grogol dan Tuksibeduk. Sampai di Kasuran sekitar pukul 13.00-14.00 Sunan Kalijaga merasa sangat lelah. Kemudian dia meminta salah satu warga agar menggelarkan kasur untuk istirahat.
Ketika akan melanjutkan perjalanan, Sunan Kalijaga berpesan agar warga jangan sekali-kali tidur diatas kasur. Pesan tersebut masih dilaksanakan sampe sekarang, bukan hanya buat penduduk asli tapi juga buat penduduk baru.
Trus bagaimana kalo dilanggar? menurut pengakuan penduduk setempat biasanya akan terjadi hal-hal yang aneh. Seperti yang terjadi pada 11 orang mahasiswa yang sedang KKN di daerah ini, sebelumnya mereka udah diberitahu tentang peraturan tak tertulis yang dipercaya masyarakat, tapi gak tau apakah mereka bener-bener percaya atau hanya manggut-manggut tapi dalam hati menolak. Alhasil menjelang tengah malam 4 orang mahasiswa teriak-teriak histeris, teman-temannya mengira 4 orang ini masuk angin, setelah dipanggilkan dokter kondisi mereka tetap sama, setelah dipanggilkan sesepuh barulah mereka bisa tenang.
Kisah lain, salah satu warga Kasuran menidurkan anaknya yang masih kecil di atas kasur. Tanpa diketahui sebabnya anak tersebut tiba-tiba mengalami panas tinggi, menangis dan berteriak tanpa sebab yang jelas, setelah ditidurkan di ‘jogan’ (lantai) baru berhenti menangis

2. Desa Tanpa Air Bersih

Lebih dari 40 tahun warga Pedukuhan Wangon, Desa Kubangsari, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, hidup tanpa air bersih. Mereka merasa hidup tak layak di negera merdeka. Desa yang berpenduduk lebih dari 2.255 jiwa ini hidup tanpa air bersih.
Air bersih bagaikan barang langka yang sulit didapat. Sementara pemerintah daerah seolah menutup mata terhadap kesulitan warganya itu. Konon katanya, desa ini kena kutukan karena ada seorang nenek nenek yang meminta air minum ke warga desa tapi ga ada yang ngasih. Pemerintah ingin segera membangun sumur bor untuk mendapatkan air bersih, sayangnya hasilnya pun sia-sia.

3. Desa Kepiting

Sebuah perkampungan yang warganya mengalami kelainan fisik ditemukan di Dusun Ulutaue, Desa Mario, Kecamatan Mare, Bone, Sulawesi Selatan. Di sana, puluhan penduduknya menderita kelainan di jari kaki dan tangan. Mulai dari lanjut usia hingga bawah lima tahun, jari-jari mereka terbelah menjadi dua hingga mirip capit kepiting.
Di Dusun Ulutaue, baik anak-anak maupun dewasa memiliki jari terbelah dua dan terkadang hanya memiliki tiga ruas jari. Alhasil, jika difungsikan, jari mereka mirip dengan kepiting. Fenomena tersebut mereka anggap sebagai kutukan bagi mereka yang berasal dari garis keturunan yang sama.
Kendati demikian, mereka tak pernah malu dengan warga kampung lain. Bahkan hal ini sudah menjadi hal biasa seperti takdir mereka. Bisa jadi, keanehan tersebut terjadi lantaran asupan gizi yang kurang sejak usia dalam kandungan. Maklum, pekerjaan mereka sehari-hari hanyalan nelayan. Ironisnya, hingga sekarang belum satu pun tim medis atau pemerintah setepat meneliti bahkan mengobati para penduduk di kampung itu. Akibat keanehan pada jari-jari mereka, sebagian warga kampung lain ada yang merasa jijik bergaul dengan mereka. Tak hanya itu, perkampungan mereka pun diberi sebutan ‘Kampung Manusia Kepiting’ oleh warga setempat.

4. Desa Keterbelakangan Mental

Sebanyak 445 warga di tiga desa yakni Desa Patihan, Pandak, dan Sidoharjo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mengalami keterbelakangan mental atau idiot. Kondisi ini diyakini sudah terjadi sejak 1970-an. Saat itu terjadi kemarau berkepenjangan di lereng perbukitan Rajekwesi yang menjadi awal malapetaka kemiskinan.
Kepala Desa Karang Patihan Daud Cahyono menuturkan, sejak kemarau menerjang, kondisi desa di sekitar perbukitan menjadi tandus dan berkapur. Tak sedikit warga yang kekurangan gizi, kekurangan iodium, sehingga menyebabkan kebodohan.
Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo Iman Sukmanto membenarkan hal tersebut. Menurut dia, salah satu penyebab keterbelakangan mental ratusan warga adalah kekurangan iodium yang banyak terdapat pada garam atau kecap. Untuk menghindari agar kasus idiot tidak berlanjut, Pemkab dan Dinkes Ponorogo terus melakukan sosialisasi perbaikan gizi kepada masyarakat, termasuk pembagian garam iodium gratis kepada seluruh warga.
Diharapkan generasi baru di kawasan tersebut tidak lagi mengidap keterbelakangan mental. Pengidap idiot parah yang sudah berusia lanjut dan tidak bisa beraktivitas sama sekali, Pemkab berencana memberikan santunan berkala sampai penderita habis.

5. Desa Teletubbies

Dari kejauhan terlihat seperti kumpulan telur angsa raksasa. Entahlah, tapi itu yang aku rasakan ketika menginjakkan kaki di Dusun Ngelepen, Desa Sumberharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta. Sebuah dusun unik yang tipe rumah warganya seragam dengan bentuk mblenduk-mblenduk (bulat sempurna).
Sangat Lucu dan unik memang, letak dusun yang berada di kawasan pedesaan tradisional berpadu kontras dengan bentuk bangunan kontemporer. Sekilas mirip perkampungan Hobbit di film The Lord of the rings. Secara akademis sih dikatakan sebagai rumah domes, tapi oleh warga sekitar lebih familiar dengan sebutan rumah Teletubbies, sebuah tayangan anak-anak yang pernah popular di awal tahun 2000-an.
Jadi jangan heran jika anda akan kesulitan menemukan letak dusun ini jika menanyakan dengan nama rumah domes. Nama Rumah Teletubbies jauh lebih dikenal disini, warga setempat pun lebih bangga mengakui sebagai warga kampung Teletubbies. Nampaknya labeling masyarakat telah berjalan layaknya marketing alami disini.
Keberadaan Dusun Teletubbies di Ngelepen, Prambanan ini tidak bisa dilepaskan dari bencana gempa bumi besar yang sempat meluluhlantakan Yogyakarta pada 27 Mei 2006. Kala itu, ada satu daerah perbukitan yang mengalami kerusakan total yakni Dusun Sengir, dimana tanah kampungnya sempat ‘ambles’ sampai enam meter lebih. Karena sudah tidak layak huni lagi, warga Dusun Sengir direlokasi ke perkampungan baru, yang kini dikenal sebagai new Ngelepen.
Pemerintah waktu itu bekerja sama dengan World Association of Non-governmental Organizations (WANGO) dan the Domes for the World Foundation (DFTW) untuk membuat hunian desa baru dengan konsep rumah domes. Setidaknya ada 71 bangunan dome di Ngelepen. Tiga diantaranya berfungsi sebagai bangunan public seperti Mushola, Taman Kanak-kanak dan rumah bidan. Dari luar memang terlihat sangat sempit, tapi ketika masuk kedalam ternyata bangunan dome memiliki 2 lantai.
Bertahun-tahun setelah warga menetap di Rumah Dome, ternyata kebiasaan alami sebagai petani masih sangat melekat kuat. Alhasil, dusun dengan puluhan dome yang awalnya tertata sangat rapi dengan tanaman hias yang seragam, makin kesini makin tidak seragam lagi. Tanaman hias modern yang serasi dengan bangunan dome, diganti oleh sebagian besar warga dengan pohon pisang, pohon jagung, pohon jambu dan sebagainya. Alasannya biar lebih bermanfaat ketimbang memandang cemara atau palm yang tak bisa diapa-apakan. Gubrak !!, emang sih bermanfaat , tapi berasa seperti kebon pekarangan perkampungan desa pada umumnya.
Awalnya pasti warga Sengir berpikir keras untuk meninggali rumah dome yang terlihat seperti rumah alien di planet berbeda. Alhasil tangan alami mereka turut membentuk wajah dusun Teletubbies menjadi sangat desa sekali. Emang gak boleh kalo Teletubbies pelihara ayam, tanam pohon pisang atau jemur gabah di jalanan. Haha.
Memang, sungguh sangat unik Dusun Teletubbies ini. Terlebih rumah dome ini merupakan satu-satunya kompleks rumah dome yang ada di Indonesia, bahkan bisa dihitung dengan jari keberadaanya di dunia. Jika anda tertarik mengunjunginya, akses menuju kompleks Dusun Teletubbies ini terbilang mudah karena lokasinya tidak jauh dari obyek wisata Candi Ratu Boko, Candi Ijo dan Candi Prambanan. Sehingga dapat anda masukkan sekaligus dalam rencana perjalanan untuk mengunjungi kawasan candi-candi tersebut. Perpaduan yang unik kan, setelah dari abad millenium ala Teletubbies menuju era Tutur Tinular, jaman kerajaan ratusan tahun yang lalu. Sungguh unik!.

6. Desa Pemakan Tanah

Di Tuban, sebuah desa di provinsi Jawa Timur Indonesia, tanah digunakan untuk membuat “ampo” snack krim yang dipercaya sebagai obat. Menurut Rasima, pembuat ampo di Tuban, tidak ada resep khusus untuk membuat snack yang aneh ini. Semua yang dia lakukan adalah mencari tanah yang bersih, bebas kerikil, di sawah-sawah di desa itu, ditumbuk ke blok yang keras, dengan menggunakan tongkat, dan gulungan mengorek tanah itu, dengan pisau bambu. Gulungan tanah tersebut kemudian dipanggang selama satu jam. Rasima kemudian membawa makanan tersebut ke pasar di desa tersebut, di mana dia mendapatkan sekitar $ 2 (Rp 20.000,-), untuk menambah penghasilan keluarganya.
Tuban adalah satu-satunya desa yang memakan tanah di planet ini. Ada orang, di seluruh dunia, yang menikmati makan pasir, atau kaolin, tapi tidak tanah yang dipanggang. Penduduk desa percaya ampo adalah pembunuh rasa sakit yang alami, dan itu membuat kulit bayi lembut, jika dimakan oleh ibu yang sedang hamil. Rasa ampo tersebut, “tidak ada yang istimewa, rasanya dingin di perutku” kata salah satu penduduk setempat Tuban, yang telah makan ampo, sejak dia masih kecil.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar