Selasa, 24 Januari 2017

Pelindo II Buka Peluang Kerja Sama Pelabuhan dengan Bangladesh


Jakarta - Menteri Pelayaran Bangladesh, Shajahan Khan mengunjungi Pelabuhan Tanjung Priok yang menjadi wilayah pengelolaan PT Pelindo II (Persero).

Kunjungan delegasi Ministry of Shipping and Chittagong Port Authority beserta rombongan ini didampingi oleh Rear Admiral Mohammad Khaled Iqbal selaku Chairman dari Chittagong Port Authority dan H. E. Maj. Gen. Azmal Kabir, OSP sebagai Duta Besar Bangladesh, serta perwakilan Kementerian Perhubungan Indonesia.

Kunjungan delegasi Ministry of Shipping and Chittagong Port Authority ke Indonesia ini disambut langsung oleh Direksi Pelindo II.

Kunjungan ini dalam rangka studi banding sistem kerja dan pelayanan operasional kepelabuhanan yang dimiliki oleh Pelindo II, di mana terminal Pelabuhan Tanjung Priok yang dimiliki Pelindo II saat ini dinilai sebagai salah satu yang terbaik di Asia Tenggara dan memiliki peran vital dalam sektor kemaritiman di Indonesia.

Direktur Operasi Pelindo II, Prasetyadi mengatakan, dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat memberikan peluang kerja sama bilateral, baik berupa pengembangan pelabuhan maupun investasi antara Indonesia dengan Pemerintahan Bangladesh.

"Diskusi dengan pelaku pelayanan publik dari negara lain berarti besar bagi IPC dalam memperluas peluang kerja sama maupun pengayaan pengembangan pelabuhan serta peningkatan pelayanan terhadap masyarakat di Indonesia," kata dia dalam keterangan resminya seperti dikutip detikFinance di Jakarta, Minggu (8/1/2017).

Kegiatan dibuka oleh Direktur Operasi IPC, Prasetyadi dan didampingi oleh Direktur Utama New Priok Container Terminal 1 (NPCT 1), Supardjo yang memberikan pemaparan mengenai perkembangan serta proyek pembangunan pelabuhan yang sedang dilakukan Pelindo II dan perkembangan proyek Terminal Kalibaru.

Setelah pemaparan, Delegasi Ministry of Shipping and Chittagong Port Authority melanjutkan kegiatan dengan meninjau Terminal Petikemas Kalibaru yang dikelola oleh New Priok Container Terminal One (NPCT1).

"Kunjungan ini merupakan bukti bahwa sistem kerja dan pelayanan operasional kepelabuhanan yang dimiliki oleh Pelindo II telah diakui sebagai salah satu yang terbaik di Asia Tenggara dan memiliki peran vital dalam sektor kemaritiman di Indonesia," papar Prasetyadi.

Untuk diketahui, usai meresmikan pembangunan tahap pertama New Priok tahap I pada 2016 lalu, Pelindo II juga akan mengembangkan New Priok Container Terminal (NPCT) I dan II di tahun 2017 ini.

Dalam tahap pertama pengembangan dan pembangunan pelabuhan, Pelindo II telah menggelontorkan dana setidaknya Rp 12 triliun.

LOGISTIK: Pelindo II Yakin Tak Langgar Sislognas Soal Superhub


Bisnis.com, JAKARTA – Badan usaha milik negara bidang pelabuhan, PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), meyakni tidak ada pelanggaran terhadap Sistem Logistik Nasional atau Sislognas dengan rencana Superhub di Pelabuhan Tanjung Priok.

Elvyn G Massasya, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau Pelindo II ini mengatakan rencana Superhub tidak menyalahi Sislognas. Menurutnya, di Indonesia direncanakan ada tujuh hub. Salah satu dari tujuh hub adalah Pelabuhan Tanjung Priok.

“Dalam rangka menjadikan Tanjung Priok itu sebagai transshipment port, sehingga pelabuhan-pelabuhan lain di luar Superhub sebelum ekspor bisa membawa barangnya ke Jakarta, ke Priok, baru ke negara tujuan,” terang Elvyn di Gedung BPPT, Senin (9/1/2017).

Elvyn menyebut langkah pembangunan Superhub ini akan lebih menghemat biaya ketimbang melakukan pengiriman langsung. Hal ini karena Pelabuhan Tanjung Priok memiliki kapasitas yang besar dan cukup untuk mendatangkan kapal besar.

Sebagai informasi, konsep Superhub ini mengundang kapal besar atau mother vessel untuk melakukan ekspor-impor melalui Tanjung Priok. Adapun ukuran mother vessel yang disasar untuk masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok yakni 8.000 TEUs-10.000 TEUs.

Sementara itu, dokumen clearance ekspor impor masih diterbitkan di daerah asal. Nota Pelayanan Ekspor (NPE) dan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) masih diterbitkan di pelabuhan asal tidak dibawa ke Priok.

Dengan demikian, pajak ekspor dan impor masih tercatat di daerah masing-masing. Terkait pelabuhan mana saja yang akan melakukan ekspor-impor ke Tanjung Priok kebijakan ini akan ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan.

Saat ini Pelindo II masih bernegosiasi intensif dengan tiga pelayaran internasional yang membawa kapalnya ke Pelabuhan Tanjung Priok. Namun, sampai saat ini Pelindo II belum membeberkan nama tiga pelayaran internasional tersebut.

Berkaitan dengan tarif angkutnya, Pelindo II juga sedang mengkaji tarif angkutan armada pelayaran nasional yang akan menjadi feeder bagi mother vessel tersebut.

Kendati ada double handling di Pelabuhan Tanjung Priok untuk ekspor dan impor tarif diprediksi akan lebih murah karena adanya mother vessel yang masuk langsung ke Indonesia tanpa transit di Singapura.

Sebagai tahap awal, perseroan hanya akan membuka satu rute dengan kapal besar. Adapun rute yang disasar adalah Asia Timur mengingat kegiatan ekspor dan impor Indonesia dominan dari dan ke wilayah tersebut.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita mengatakan rencana Superhub berpeluang menaikkan biaya logistik. Alasannya, wacana tersebut cenderung dibuat tanpa pertimbangan yang matang sehingga berpeluang hanya trial and error.

“Konsep Superhub ini sarat kepentingan untuk menjustifikasi pengembangan New Priok yang masih sepi,” terangnya.

Dia mengingatkan agar perusahaan pelat merah bidang transportasi dan logistik jangan hanya membangun fasilitas transportasi tetapi tidak memilikirkan sistem logistik dan distribusinya.

Dubai port expected to invest in Tanjung Api-Api KEK


The South Sumatra provincial administration said it hopes Dubai Port Authority Corporation would not cancel its plan to invest in the Tanjung Api-Api (TAA) Special Economic Area (KEK) and in the port of Tanjung Carat, Banyuasin, South Sumatra.
South Sumatra Governor Alex Noerdin was worried with the latest statement of the operator of the Port of Dubai that it would invest in the KEK only after it is fully completed.
“Dubai Port does not want to start from zero . It wants KEK running before it enters. Whereas we want it to be the pioneer to motive other foreign investors to invest in the KEK,” Alex said here on Friday.
He said the provincial administration has also asked the central government to help persuade Dubai Port to go ahead with its investment plan in TAA .
“Actually everything has been done to persuade Dubai Port. Even the president has brought the proposal to Dubai port during his visit to Saudi Arabia. We also has tried to convince Dubai port when its representative visited South Sumatra in March, 2016. But it is not as easy as expected,” he said.
Alex said for South Sumatra the TAA KEK is a dream that has not come true over the past years.
IF TAA KEK is fully implemented the port of Tanjung Carat of South Sumatra would break to the ranks of first class port cities in Asia including Singapore.
“TAA KEK would occupy 4,045 hectares including Tanjung Carat reclamation land of 2,015 hectares . Now it is in the process of land clearing,” he said.
The plan is the KEK would have coal gasification plant, power plant, coal liquefaction plant, fertilizer factory, cement factory , tire factory , crude palm oil processing plant, oil refinery and downstream petrochemical factory.
TAA is strategically located in the middle of the trade route leading to Europe and other Asian countries. It would be a threat to Singapore when it starts operation.
State-owned port operator Pelindo II has said it wants to develop the port of Tanjung Carat as part of the Tanjung Api Api KEK development program.
Pelindo II Chief Executive Elvin G. Massayssa said he would coordinated with South Sumatra governor to accelerate development of the port.
“If necessary we would propose the issuance of a presidential decree that the process of development could implemented soon,” Elvin has said.
He said Pelindo II already carried out feasibility study on the capacity of the port . The capacity is to be around 1.5 million Twenty-Foot Equivalent Unit (TEU) iin the first phase.
Tanjung Carat Terminal development in South Sumatra initiated by PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II is predicted to cost USD 3.3 billion investment.
Corporate secretary of Pelindo II Hambar Wiyadi the first phase of expansion of the port would cost US$1.2 billion and the second phase US$2.2 billion.
The first-phase of expansion will include development multipurpose terminal, container terminal, as well as dry and liquid bulk terminals.
President Joko Widodo said the port would be included in the program of sea highway (sea toll) program.

Astra dan Mitsubishi, Calon Mitra Pelindo II Garap Proyek Patimban


Pelindo II dan perusahaan Jepang yang terpilih akan patungan untuk menyetor Rp 4 triliun atau 10 persen dari total investasi Pelabuhan Patimban.
Pemerintah akan menunjuk PT Pelindo II (Persero) menjadi operator Pelabuhan Internasional Patimban di Subang, Jawa Barat. Selanjutnya, Pelindo II akan menggandeng perusahaan asal Jepang untuk mengoperasikan pelabuhan yang dibangun dengan utang dari negeri sakura tersebut.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, terdapat dua kemungkinan perusahaan swaasta Jepang yang akan menjadi pengelola Pelabuhan Patimban bersama dengan Pelindo II. "Nanti ada apakah Astra atau Mitsubishi," ujar Luhut, Senin (9/1).
Direktur Utama Pelindo II Elvyn G Massasya mengatakan, nantinya Pelindo II bersama salah satu badan usaha Jepang tersebut akan menyetorkan 10 persen dari total investasi yang dikeluarkan, yakni sebesar Rp 4 triliun.
Elvyn menyatakan, Pelindo akan memiliki 51 persen saham pengelolaan sebagai perwakilan dari pemerintah. “Sementara pihak Jepang hanya 49 persen, sesuai dengan peraturan yang berlaku,” ujarnya, Senin (9//1).
Megaproyek pelabuhan internasional ditaksir menelan investasi Rp 43 triliun. Sebanyak 79 persen dana berasal dari utang luar negeri Jepang. Selanjutnya, 11 persen berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, serta 10 persen dari badan usaha pengelola pelabuhan.
Pelindo II sebelumnya sudah berkongsi dengan perusahaan-perusahaan asal Jepang dalam mengelola pelabuhan, antara lain PT New Priok Container Terminal One (NPCT1) di Tanjung Priok, Jakarta. Pelindo II juga berpartner dengan Mitsui Co.Ltd. dan Nippon Yusen Kabushiki Kaisa ( NYK Line) di NPCT1, selain dengan PSA International, Singapura.
Yang pasti, Elvyn menyatakan, Pelindo II adalah akan memastikan Pelabuhan Patimban tidak menjadi kompetitor pelabuhan lainnya, terutama Pelabuhan Tanjung Priok. "Jadi komplemen, (Patimban) melengkapi Tanjung Priok," ujarnya.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, jajarannya masih berfokus menyelesaikan Detailed Engineering Design (DED). Penyelesaian desain tersebut akan berjalan simultan dengan perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) oleh pemerintah daerah. Budi manargetkan, seluruh kebutuhan tersebut akan selesai pada kuartal III tahun 2017.
Yang jelas, pemerintah ingin agar tahap pertama pengoperasian Pelabuhan Patimban ini dapat berjalan di awal tahun 2019. "Mestinya semester pertama 2019 (selesai). karena kita tau ini konstruksinya tidak begitu complicated. Cuma dermaga dan bangunan-bangunan saja. Jalan juga cepat (selesai terbangun)," ujar Budi.
Sebelumnya, Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyatakan, total pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk proyek ini mencapai US$ 3,3-3,5 miliar atau sekitar Rp 47 triliun yang dibagi menjadi tiga tahap. Untuk tahap pertama, dana yang akan dikucurkan sekitar US$ 1,7 miliar. Sedangkan, total tenor pinjaman berlangsung selama 40 tahun, dengan bunga sebesar 0,1 persen dan 10 tahun grace period.
Pelabuhan Petimban akan dibangun dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah konstruksi yang akan dimulai pada Januari 2018. Kedua, soft opening yang dijadwalkan tahun 2019. Ketiga, pelabuhan ditargetkan rampung keseluruhan tahun 2027.
Pelabuhan ini dirancang untuk menampung bongkar muat kontainer sebanyak 7,5 juta berukuran dua puluh kaki atau twenty-foot equivalent units (TEUs) per tahun.
Selain itu, Pelabuhan Patimban ditargetkan melayani 600 ribu kendaraan utuh atau completely built up (CBU) per tahun, serta dilengkapi terminal kapal roro, terminal kapal curah cair dan dermaga kapal negara.
Pelabuhan Patimban ini merupakan pengganti Pelabuhan Cilamaya. Pelabuhan ini akan dibangun di Desa Patimban, Kecamatan Pusakanegara, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Mulai 14 Januari, Kereta Peti Kemas Gedebage-Tanjung Priok Jalan 2 Kali/Hari

Jakarta - Kereta Api Peti Kemas rute Gedebage-Tanjung Priok awalnya hanya beroperasi 2 hari sekali. Akan tetapi, mulai 14 Januari 2017 akan ditambah menjadi 1 hari 2 kali perjalanan pulang pergi.

Dirut PT KAI Edi Sukmoro mengatakan nantinya terdapat 4 kali rute pergerakan kereta pulang pergi Gedebage-Tanjung Priok. Rinciannya 2 kali perjalanan dari Gedebage dan 2 kali perjalanan dari Jakarta.

"Pada kesempatan ini karena arahan Menhub, KAI langsung koordinasi dengan Pelindo menjawab arahan ini sehingga kami akan merencanakan. Nanti akan start kita mulai Sabtu tanggal 14, akan ada angkutan 4 kali perjalanan," kata Edi, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (13/1/2017).

Nantinya kereta yang berangkat dari Gedebage akan berjalan malam hari, yaitu pukul 19.25 WIB dan pukul 21.30 WIB. Sementara kereta yang berangkat dari Tanjung Priok ke Gedebage setiap pukul 03.40 WIB dan 05.00 WIB.

Perjalanan tersebut dilakukan pada malam hari untuk menghindari bentrokan dengan kereta penumpang atau KRL Jabodetabek Commuter Line. Hal itu karena para penumpang membutuhkan ketepatan waktu.

"2 berangkat dari Tanjung Priok, dan 2 dari Gedebage. ini akan kami coba, kita juga harus pikirkan perjalanan keretanya. Makanya jam sibuk masuk ke kota Jakarta akan bertemu dengan KRL. Nah ini memang nggak bisa kalau mengganggu jalannya KRL karena kebutuhan para penumpang KRL ini tepat waktu," imbuhnya.

Saat ini kapasitas volume per hari sebesar 120 teu atau setara 2.400 ton per hari. Jalur peti kemas ini dibangun atas kerja sama PT. Kereta Api Indonesia dengan PT. Mitra Adira Utama, PT. KA Logistik, dan PT. Multi Terminal Indonesia.

Angkutan akan kembali dimulai pada Sabtu tanggal 14 Januari 2017 dari Gedebage. Sementara pada Minggu 15 Januari 2017 akan diberangkatkan dari Tanjung Priok.

Dengan adanya penambahan rute ini, diharapka para pengusaha akan gencar beralih dari penggunaan jalur jalan raya menjadi jalur kereta api. Secara terpisah, Deputy Director Trade, Marketing, Sales PT KAI divisi angkutan barang mengatakan telah ada perjanjian kerjasama dengan pengusaha untuk menggunakan jasa tersebut sehingga diharapkan dapat meningkatkan volume pengiriman barang.

"Kita suda punya kontrak setahun dengan MAU (anak usaha Pelindo II) dan API (Asosiasi Pertekstilan Indonesia). Urusan container ini sudah dibicarakan. Kami akan angkut container kosongnya bolak balik jadi tidak ada masalah lagi. Dari Gedebage-JICT (Tanjung Priok) dan JICT ke Gedebage. Jadi API akan pakai jasa ini selama setahun ke depan, mereka sudah sepakat," imbuhnya.

Pelindo II Bidik Pembangunan Pelabuhan Patimban


JawaPos.com - PT Pelindo II (persero) membidik pembangunan dan pengelolaan Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat (Jabar). Tak tanggung-tanggung, perusahaan Indonesian Port Corporation (IPC) ini siap menggelontorkan seluruh dana pembangunan pelabuhan yang menelan Rp 43,22 triliun tersebut.

Direktur Utama (Dirut) PT Pelindo II, Elvyn G Masassya mengatakan, pihaknya siap untuk mengelola dan turut serta dalam proses pembangunan infrastruktur Pelabuhan Patimban. Apalagi pelabuhan itu masuk di dalam salah satu proyek strategis nasional.

Pembangunan pelabuhan ini membutuhkan dana sebesar Rp 43,22 triliun. “Pelindo II siap untuk mengelola dan membangun infrastruktur Pelabuhan Patimban,” ujar Elvyn kepada wartawan, Selasa (17/1).

Disebutkannya, Pelabuhan Patimban akan dibangun di dalam 3 tahap pembangunan. Tahap konstruksi akan dimulai pada tahun 2018, soft opening pada 2019. Infrastuktur pelabuhan secara keseluruhan dapat rampung pada tahun 2027.

Jepang merupakan salah satu pihak yang paling santer dikabarkan akan membangun dan memberikan pinjaman untuk pembangunan Pelabuhan Patimban. Sebab, dana yang digelontorkan Pelindo IIsebesar Rp 43,22 triliun akan diambil dari pinjaman dari Jepang.

Keterlibatan Jepang dalam pembangunan pelabuhan Patimban semakin menguat dengan kedatangan PM Jepang, Shinzo Abe di Jakarta pada 15 Januari lalu.

Sebelumnya Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan menyebutkan, dalam pembangunan pelabuhan itu harus ada BUMN yang ikut terlibat. “Presiden inginnya perusahaan pengusaha Indonesia masuk. Tapi terus terang saya belum tahu siapa yang potensial bisa masuk. Jangan Semua BUMN dong, harus ada swasta yang masuk” ungkap Luhut Binsar Panjaitan di Hotel Fairmont.

Lebih lanjut Luhut juga mengatakan, saat ini sudah ada beberapa nama yang berpotensi mengelola pelabuhan ini bersama Pelindo II. Beberapa nama yang sudah sempat muncul adalah Astra dan Mitsubishi serta dua perusahaan lainnya di jepang yang menyatakan kesediaannya.

Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyabutkan, saat ini proses pembangunan Pelabuhan Patimban sedang dalam tahap koordinasi pengurusan Rencana Tata Ruang dan Rencana Tata Wilayah (RTRW) kemudian baru dilanjutkan dengan pembebasan lahan.

“(saat ini) kan lagi ngurus tata ruang, Gubernur Jawa Barat sudah tanda tangan, kemudian menunggu AMDAL. Kalau sudah AMDAL tinggal melakukan pembebasan lahan,” tandas Budi Karya.

Pelindo II Tunggu Perpres Bangun Tiga Proyek Baru

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II sedang menunggu peraturan presiden (perpres) untuk tiga proyek yang akan mereka garap tahun ini. Ketiga proyek tersebut yakni Pelabuhan Kijing Kalimantan Barat, Pelabuhan Sorong dan Canal Bekasi Laut (CBL).

Dani Rusli Utama, Direktur Teknik Pelindo II mengatakan, ketiga proyek tersebut akan tetap mulai dibangun tahun ini setelah mendapat penugasan resmi dari pemerintah. "Ini sedang dalam proses pembahasan dengan pemerintah. Kami berharap Perpres-nya bisa keluar Januari ini," katanya pada KONTAN, Selasa (17/1).

Meskipun Perpres belum keluar, Pelindo II terus melakukan proses persiapan untuk ketiga proyek tersebut seperti merangcang desain, mempersiapkan Amdal, dokumentasi lingkungan dan lain-lain. Sehingga saat penugasan resminya keluar, perusahaan pelat merah ini langsung bisa melakukan pembebasan lahan dan memulai pembangunan konstruksi.

Menurut Dani, penugasan resmi untuk Pelabuhan Kijing kemungkinan akan lebih dulu keluar. Pelabuhan Kijing juga nantinya akan dilengkapi dengan kawasan industri. Total investasi untuk pengembangan ini ditaksir mencapai Rp 5 triliun.

Pelindo II membutuhkan lahan minimal 250 hektare (ha) untuk pembangunan Pelabuhan Kijing dan sekitar 5.000 ha kawasan industri. Setelah penugasan pemerintah keluar, Dani bilang pihaknya akan melakukan pembebasan lahan secara bertahap. Perusahaan BUMN ini akan menggadeng mitra untuk mengembangkan kawasan industri tersebut.

Sementara investasi Pelabuhan Sorong diperkirakan mencapai Rp 2,41 triliun dan CBL sekitar Rp 3,4 triliun. Selain tiga proyek tersebut, Pelindo II juga akan melanjutkan pembangunan Terminal Kalibaru tahap II. Saat ini proyek ini masih sudah dalam tahap pengerukan reklamasi.

Pelindo Cari Investor untuk Pelabuhan Panjang


JAKARTA (Pos Kota) – Manajemen Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II cabang Panjang Lampung mencari investor yang mau bekerjasama mengelola lahan milik BUMN ini seluas 4 hektare (Ha).
“Silakan kalau ada yang mau investasi baik pengusaha dalam negeri maupun asing untuk mengembangkan dan mengoptimalisasi pemanfaatan lahan di lingkungan pelabuhan Panjang Bandar Lampung,” ajak Agus Hendriyanto, General Manager Pelindo II cabang Panjang.
Dikatakan Agus masih terdapat sekitar 4 Ha lahan di Pelabuhan Panjang Bandar Lampung yang belum termanfaatkan secara optimal untuk kegiatan logistik, pergudangan maupun pendukung jasa kepelabuhanan.
Saat ini pihaknya masih menyiapkan busines plannya untuk lahan yang kondisinya telah siap dibangun. “Kalau ada investor yang mau bekerjasama kita sudsh siapkan,” ujar Agus, Kamis (19/1/2017).
Mantan General Manager TPK Koja ini menyayangkan , masih banyak fasilitas lahan milik pelabuhan yang idle atau tidak dimanfaatkan. Padahal, setiap tahunnya arus barang khususnya untuk general kargo dan komoditi curah kering melalui pelabuhan Panjang terus mengalami peningkatan signifikan.
Dijelaskan Agus untuk mensinergikan antara BUMN dengan BUMN pihaknya tengah mengajak Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemprov Lampung untuk berbisnis bekerjasama dengan Pelindo Panjang .
Agus merasa pihaknya mempunyai kewajiban untuk ikut memajukan daerah Lampung yang agrobisnisnya sudah mendunia.
Komoditi ekspor dan impor yang ditangani sangat beragam, termasuk gula, tapioka, kopi, nanas, dan buah-buahan tropis lainnya, semen, kedelai, udang, padi, jagung, singkong, lada, ternak, pupuk, batubara, dan lokomotif. Komoditas bongkar muat domestik termasuk batubara, CPO, BBM, semen, pupuk, kernel dan barang konsumsi ke beberapa negara seperti India, China dan beberapa negara Asia dan Eropa lainnya.
Arus barang melalui pelabuhan Panjang Bandar Lampung pada 2016 mencapai 8.633.966 ton atau naik sekitar 16 persen dibanding pencapaian tahun 2015 sebanyak 7.423.423 ton.
Pelabuhan Panjang merupaka pelabuhan international terletak di Ujung Selatan Pulau Sumatera memiliki kedalaman kolam 6mLWS sampai – 75mLWS dan memiliki tiga terminal spesialis berdasarkan jenis barang yaitu terminal Multipurpose, terminal Petikemas dan terminal Curah Kering.
Pelabuhan Panjang melakukan modernisasi fasilitas & peralatan disertai dengan peningkatan kompetensi personil, implementasi ICT (Information and Communication Technologies) sejak Juli 2010, peningkatan sistem kerja dalam kerangka ISPS Code. Dengan demikian, kecepatan dan ketepatan dalam pelayanan kapal dan barang dapat ditingkatkan dengan dukungan sistem pengelolaan data yang baik.

Pelindo II to build international port in W. Kalimantan


State-owned port operator PT Pelindo II will immediately start the development of an international port in Kijing, West Kalimantan, at a cost of around Rp5 trillion.
“This development is urgent, especially with regards to reducing logistical costs in West Kalimantan. We are currently using the Dwikora port in Pontianak, but it is operating at two or three times its intended capacity,” said the companys Technical and Risk Management Director, Dani Rusli Utama, during a visit to the region on Saturday (Jan. 21).
“The Dwikora port was designed to have a capacity of 100,000 TEU, but this was increased to 250,000 TEU in order to cope with extra demand. However, due to the increasing number of bigger ships that dock in the area every year, it is no longer suitable for further development as it can only handle relatively small ships,” added Utama.
The Dwikora port has a depth of only 6 to 7 meters compared to 12 to 15 meters at the proposed port in Kijing, making the latter more suitable for bigger ships.
“The development of the international port at Kijing will be based on the principle of having a multipurpose port that can handle large containers and liquid cargo,” he said.
“The first phase of development is to build a multi-purpose container port that stretches around 500 meter to one kilometer long, with a total area covering 50 to 100 hectares,” he added.
According to Utama, the project has received support from the central government, as well as the regional government and local communities in the region. It is expected to be completed between 2018 and 2019.
“We hope that the port can better serve all the arriving ships and lower overall operating costs, as well as increase economic activities for the benefit of West Kalimantan,” he said.
He also believed that the new port would speed up economic development in the region and improve shipping services to other regions such as Natuna and Jakarta, along with international destinations such as the South China Sea and Singapore.

Menko Luhut: Pelindo II Semakin Efektif Tekan Dwell Time


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan mengatakan PT Pelindo saat ini sudah berhasil mengurangi dwell time atau waktu bongkar muat peti kemas menjadi kurang dari tiga hari.
"Dwelling time di sini sekarang 2,77, targetnya Pelindo II 2,5 hari. Tapi juga harus diikuti juga dengan cost efisiensi. Pekerjaan mereka baik, saya lihat Pak Dirut (Direktur Utama PT Pelindo II, Elvyn G Masassya) sudah meningkatkan efisiensi dan produktivitas," ujarnya kepada media usai berkunjung ke Pelabuhan Tanjung Priok.
Menko Luhut mengatakan bahwa dwell time harus setimpal dengan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Menko Luhut pada kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa pemerintah sedang berencana mengkaji ulang jalur kereta api peti kemas Jakarta Container Terminal Office (JICT) agar tidak terjadi double handling (penanganan ganda) yang berdampak pada biaya logistik perusahaan.
Selain itu, pemerintah mengundang Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan PT Pelindo II untuk mempelajari peluang peningkatan efisiensi pelabuhan sesuai dengan kapasitas, peran, dan fungsinya.
Menurutnya, sejauh ini tingkat efisiensi di Pelabuhan Tanjung Priok sudah lebih baik, namun masih bisa dioptimalkan lagi.

"Kita lihat efisiensinya. Exercise kita semua dalami. Sekarang efisiensi cost sudah Rp 1,5 juta per box kontainer, kalau bisa lebih murah lagi. Yang penting produktif," katanya.
Saat ditanya tentang Pelabuhan Patimban, Menko Luhut membenarkan bahwa pada kunjungan PM Shinzo Abe beberapa waktu lalu pihak Jepang sudah menunjukkan minatnya untuk menjadi operator pelabuhan tersebut.
"Pemerintah Jepang minta mereka untuk ikut. Tidak masalah nanti (bila harus) join. Pelindo II siap. Siapa yang dari pihak swastamya? kita (akan lakukan) beauty contest (kompetisi) saja," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa BPPT (Badan Pengkajian Penerapan Teknologi) akan dilibatkan dalam proses-proses pembangunan infrastruktur seperti pelabuhan, kereta cepat, bongkar muat barang dan masih banyak lagi.
"Kita ingin BPPT ikut detail engineering dalam Pelabuhan Patimban, agar kita juga mengerti dan tidak hanya diatur-atur orang lain," katanya.
Pada kunjungan kali ini, selain melakukan pertemuan dengan jajaran pimpinan PT Pelindo II, Menko Luhut juga melakukan kunjungan ke fasilitas-fasilitas kepelabuhanan.
Termasuk diantaranya adalah beberapa program yang sedang dikembangkan oleh IPC II (Indonesia Port Corporation) seperti; Terminal Penumpang Tanjung Priok, Pusat Percepatan Perizinan Impor dan Ekspor Terpadu (P3IET), Terminal Petikemas JICT, Terminal Petikemas KSO TPK Koja, dan beberapa fasilitas lainnya.

3 Anak Usaha Pelindo II Siap Melantai di Bursa


JAKARTA - PT Perlindo II (Persero) atau IPC segera merealisasikan satu dari tiga anak usahanya melantai (IPO) di bursa saham pada tahun ini. Ketiga anak usahanya yakni, PT Jasa Armada Indonesia (JAI), PT Indonesia Kendaraan Terminal (IKP), dan PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP).
Direktur Utama Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC Elvyn G Masassya mengatakan, ketiga anak usaha sudah difinalkan untuk IPO. Tapi mana yang akan melantai di bursa lebih dahulu pihaknya menunggu rekomendari financial advisor alias pengelola keuangan.
"Jadi kita tunggu rekomendasi mana yang yang paling siap," singkat Elvyn, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (23/1/2017).
Namun, mantan Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan ini enggan menyatakan kapan waktu anak usahanya IPO. Menurutnya, waktu relatif bergantung pada hasil kajian yang tengah dilakukan.
"Tiga (anak usaha) itu kan sudah final. Kita minta financial mengkaji kesiapan dan harganya yang paling optimal untuk IPC,"ujarnya.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda